Nasional – Kemarau panjang menyebabkan ratusan hektare lahan pertanian yang terdapat di Desa Wonorejo, Kecamatan Kencong, Jember, Jawa Timur, terancam mati dan gagal panen karena kekeringan.
Kurangnya pasokan air membuat kondisi tanah menjadi tandus dan retak-retak, sehingga tanaman padi dan jagung milik petani di Desa Wonorejo ini menjadi mengering.
Bahkan, irigasi yang menjadi satu-satunya sumber air utama untuk mengairi sawah juga mengering. “Kering tanahnya itu pecah-pecah, untuk tanam jagung dan padi itu sulit bahkan mati, ya bisa dilihat seperti inilah,” kata Nurhalim, salah seorang petani, Selasa (10/9/2024).
Meski para petani setempat telah melakukan upaya pembuatan sumur sedalam 20 meter dengan bantuan mesin pompa air, tetap tidak mampu untuk mengairi lahan secara menyeluruh.
“Ini kami siram pakai sumur bor, apabila nanti ada tujuh diesel yang menggunakan bisa habis airnya. Sudah berlaku 3 tahunan kalau musim kemarau seperti ini,” tambah Nurhalim.
Bagi tanaman di lahan ini yang baru 1 bulan masa tanam dipastikan akan mati dan tentu akan mengalami kerugian.
Pengurus kelompok tani Desa Wonorejo Syaifulloh mengungkapkan sedikitnya ada 130 hektare lebih lahan tanaman padi dan jagung terancam gagal panen. “Kalau di rukun tani sendiri tanaman padi yang terancam gagal panen sekitar ada 70 hektare, kalau jagung 80 hektare lebih, ini sudah lebih 3 tahun kita bor sumur itupun kadang terbatas ya, kalau enggak begini sulit mencapai panen,” ujarnya.
Upaya menggunakan mesin pompa air terus-menerus dengan kondisi air yang sangat terbatas ini justru akan membebani para petani, sebab biaya produksi akan semakin tinggi. “Kalau operasional padi per hektarenya Rp 7 juta itu termasuk biaya yang tinggi,” imbuh Syaifulloh.
Para petani yang terdampak kekeringan ini berharap pemerintah setempat turun tangan untuk melakukan perbaikan saluran air yang di mulai dari hulu sehingga air bisa sampai ke lahan pertanian di wilayah paling selatan Jember ini.