Nasional – Sejumlah siswa di Desa Sanenrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, terpaksa mempertaruhkan nyawa untuk berangkat ke sekolah. Mereka harus seberangi derasnya Sungai Kalisanen menggunakan perahu kayu setelah jembatan penghubung antardusun hanyut terbawa banjir beberapa waktu lalu.
Potret perjuangan ini dialami setiap hari oleh siswa dari jenjang SD hingga SMP. Mereka harus melawan rasa takut saat melewati arus deras Sungai Kalisanen, yang menjadi perbatasan antara Desa Sanenrejo dan Desa Mulyorejo.
Shinta, salah satu siswa yang harus menyebrangi sungai mengungkapkan kecemasannya. Namun, demi menimba ilmu, ia tetap memberanikan diri melewati jalur tersebut.
“Tidak ada jalan lain selain lewat sini. Kalau airnya besar, kami digendong warga. Takut sih, tetapi yang penting bisa sampai sekolah,” kata Shinta, Selasa (14/1/2025).
Selain menghadapi derasnya arus sungai, para siswa juga harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer dari tepi sungai untuk mencapai sekolah.
“Dari rumah ke sungai biasanya diantar pakai motor, tetapi setelah itu kami jalan kaki ke sekolah. Biasanya perjalanan dari jam 6 sampai 7 pagi,” tambah Shinta.
Ahmad Rausi, guru di SDN 05 Sanenrejo memahami apabila para siswa sering datang terlambat ke sekolah karena sulitnya akses.
“Kami memberi kelonggaran. Kalau kondisinya tidak memungkinkan, siswa dapat mengerjakan tugas dari rumah melalui sistem online,” katanya.
Menurut data yang dihimpun, terdapat tujuh siswa dari SDN 05 Sanenrejo dan satu siswa dari SMPN 02 Tempurejo yang berjuang melewati derasnya Sungai Kalisanen untuk bersekolah.
Warga berharap pemerintah segera membangun kembali jembatan penghubung dua desa tersebut, sehingga para siswa tak harus seberangi sungai untuk sampai ke sekolah. Selain membantu akses para siswa, jembatan ini juga sangat penting untuk kelancaran roda ekonomi masyarakat setempat.