
Nasional – Pedagang sapi di Kebumen, Jawa Tengah mengeluhkan sepinya pembeli, sejak merebaknya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Pedagang merasakan kesulitan dalam menjual ternak mereka, bahkan harga sapi di pasaran anjlok hingga 50% dari harga normal.
Salah seorang pedagang sapi di Desa Jatimulyo Kecamatan Alian, Yanuar Hidayat mengungkapkan sebelum adanya wabah PMK, ia mampu menjual hingga 20 ekor sapi setiap minggunya. Namun, sejak merebak PMK penjualan menurun drastis hanya menjadi 5-6 ekor sapi saja.
“Sejak ada wabah PMK, yang tadinya misal ya kalau bawa ke pasar bisa sampai 20 ekor, sekarang cuma bawa lima atau enam. Karena cari sapi yang benar-benar sehat, kalau enggak sehat yaitu tadi kena satu bisa jadi kena semuanya,” kata Yanuar, Jumat (31/1/2025).
Selain kesulitan dalam mencari sapi yang benar-benar sehat, saat ini para pedagang juga mengalami kesulitan menjual ternak mereka. Daya beli menurun dan juga harga sapi di pasaran mengalami penurunan.
“Kalau harga ya pastilah ada penurunan, apalagi yang sudah terkena PMK dan LSD. Harga sapi yang tadinya normal sekarang sudah di bawah standar. Kalau yang sudah parah bisa 50%,” ungkapnya soal harga sapi setelah merebaknya wabah PMK.
Saat ini para pedagang dan peternak sapi di Kebumen rutin menyemprotkan cairan disinfektan di kandang-kandang ternak mereka setiap harinya. Langkah ini diambil untuk memastikan kebersihan kandang dan mencegah virus PMK masuk ke lingkungan ternak yang mereka jual.
“Vaksinasi yang dari pemerintah itu penting, jadi harus divaksin juga. Dan rajin disemprot disinfektan baik ternak, kandang, maupun kendaraan yang untuk mengangkut ternak itu sendiri,” ujarnya tentang upaya pencegahan wabah PMK.