
Nasional – Imam Ghozali (37), warga Gunungsari RT 10 RW 9 Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, tega membunuh ibu kandungnya sendiri, Salamah (62).
Peristiwa itu terjadi pada Selasa (18/2/2024) sekitar pukul 23.15 WIB. Pembunuhan anak terhadap ibu ini diketahui ketika salah satu tetangga mendengar suara minta tolong dari rumah korban. Tetangga korban kemudian datang ke rumah korban, dan mendapati korban dalam keadaan terlentang dan bersimbah darah.
Warga kemudian melarikan korban ke rumah sakit tetapi nyawanya tak tertolong. Saat ini, polisi sedang memburu pelaku Imam Ghozali yang melarikan diri.
Kapolsek Candisari Iptu Rudi Amzah membenarkan kejadian tersebut termasuk pelaku yang merupakan anak kandung korban. Saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan dan memeriksa keterangan dari sejumlah saksi.
“Iya betul (pelaku anak kandung). Pelaku masih dalam pencarian. Polisi kini memburu pelaku Imam Ghozali yang masih buron,” jelasnya, Rabu (19/2/2025).
Sementara itu, ayah pelaku sekaligus suami korban, Moh Ghozali (65) mengatakan, sang anak memang kerap mengamuk dan marah-marah, apalagi ketika permintaannya tidak dituruti.
“Anaknya memang adigung, kemaki. Memang suka marah-marah, mengamuk. Sebelum peristiwa ini malah saya yang mau dibunuh, sudah sempat menodongkan senjata tajam ke saya tetapi saya tangkis,” jelasnya.
Saat peristiwa terjadi, Ghozali mengaku sedang tidak berada di rumah. Dia kaget ketika tahu sang istri dianiya secara sadis oleh anak sulungnya.
“Saya kaget sekali, waktu itu cuma berdua sama ibunya di rumah. Karena memang yang tinggal di sini saya, Imam, dan ibunya. Adik-adiknya sudah nikah semua,” ucapnya.
Sebelum peritiwa itu terjadi, Ghozali mengaku memang pelaku kerap ribut, karena anak sulungnya itu meminta jatah warisan. Pelaku meminta agar rumah yang mereka tinggalin dijual.
“Kerjannya cuma minta uang, pengangguran. Terakhir-terakhir lagi minta rumah ini buat dijual, tetapi tidak dibolehin,” ungkapnya.
Ia meminta ketika sang anak ditangkap agar dihakimi massa, karena menurutnya, hukuman penjara tidak cukup untuk menebus dosa karena telah membunuh ibu kandungnya secara sadis.
Ketua RT setempat Rohmat Widodi menyebut, pelaku dan korban sering terlibat cekcok. Di lingkungan rumahnya, pelaku dikenal sebagai anak yang berandal dan kasar.
“Sering saya lerai kalau cekcok sama keluargnya. Memang anaknya kemaki (songong),” katanya terkait anak bunuh ibu kandung di Semarang.