
Nasional – Di sebuah dusun terpencil di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, puluhan siswa tetap semangat menimba ilmu meski harus belajar di kolong rumah warga yang dulunya merupakan kandang ayam.
Siswa dan guru SDN Inpres 238 di Dusun Bara, Kecamatan Tompobulu, Maros, setiap hari harus menyusuri jalan terjal dan berbatu untuk menuju tempat belajar. Letak dusun yang berada di wilayah pegunungan membuat mereka kesulitan mengakses sekolah induk yang jaraknya cukup jauh. Karena itu, mereka berinisiatif mendirikan kelas darurat di bawah rumah warga.
Dengan keterbatasan sarana, kolong rumah yang sebelumnya kandang ayam disulap menjadi ruang belajar sederhana. Meski begitu, antusias para siswa sangat tinggi. Mereka tetap giat belajar, mulai dari membaca, menulis, hingga berhitung, dibimbing oleh dua orang guru yang berdedikasi.
“Sebentar lagi saya kelas 6. Cita-cita saya ingin jadi tentara karena di sini belum ada tentara. Belajar di sini meskipun sederhana tetap nyaman,” ujar Alfin, salah satu siswa.
Sebelumnya, para siswa sempat mendapat tenda darurat sebagai tempat belajar pengganti. Namun, kondisi tenda yang panas saat siang hari dan kurang kedap suara membuat mereka berharap bisa memiliki ruang kelas permanen yang lebih layak.
“Tendanya panas kalau matahari naik, dan ribut karena suara dari luar masuk semua. Kami ingin kelas yang ada dindingnya,” tambah Alfin.
Kondisi belajar yang unik ini juga diwarnai dengan suara ayam milik warga yang berkeliaran di bawah meja belajar. Para siswa dari kelas 1 hingga kelas 6 belajar bersama dalam satu ruang yang sama, dilayani oleh dua guru yang mengajar semua pelajaran dasar.
Sebagian besar siswa berasal dari keluarga petani, namun mereka memiliki cita-cita besar yang melampaui tradisi keluarga.
“Ayah saya petani. Pulang sekolah biasanya saya ikut bantu panen padi,” ucap Nadia, siswi kelas 6.
Suryadi, guru sekaligus perintis kelas kolong ini, mengungkapkan kegiatan belajar-mengajar di lokasi tersebut sudah berlangsung sejak tahun 2018.
“Sehabis mengajar, saya berkebun. Hasil kebun sering saya gunakan untuk membeli perlengkapan belajar anak-anak, seperti buku dan pensil. Papan tulis kami dapat dari guru yang sudah menjadi ASN,” tuturnya.