
Nasional – Tangis histeris keluarga mengiringi pemakaman Muhammad Raja Afnan (15) yang diduga tewas dikeroyok. Jenazah siswa sekolah dasar (SD) itu dimakamkan di TPU Panaikang, Jalan Urip Sumoharjo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (31/5/2025).
Jenazah Raja Afnan dimakamkan setelah diautopsi di Biddokes Polda Sulawesi Selatan, di Jalan Kumala, Kota Makassar. Raja meninggal dunia di Rumah Sakit Islam Faisal, Kota Makassar pada Jumat (30/5/2025) sore diduga setelah dikeroyok.
Petugas Unit Jatanras Satreskrim Polrestabes Makassar telah memintai keterangan keluarga dan akan mencari kesesuaian informasi dengan hasil autopsi.
“Kami sementara menangani laporan dari orang tua korban, terkait dugaan anak di bawah umur yang meninggal dunia. Jadi semua informasi yang disampaikan keluarga kepada pihak kepolisian itu kami akan lakukan penyelidikan dan kesesuaian dengan fakta di lapangan,” ujar Kanit Jatanras Polrestabes Makassar AKP Hamka.
Polisi juga menelusuri kemungkinan adanya dugaan tindak kekerasan yang menyebabkan kematian korban. Informasi yang diterima akan diverifikasi secara menyeluruh melalui proses penyelidikan.
“Laporan keluarga korban itu kita akan uji kebenaran informasi yang disampaikan kepada kami. Terkait informasi bahwa ada penganiayaan terhadap korban atau ada pengeroyokan, itu kita akan uji. Kalau nanti kita uji, apakah siapa pelakunya, di mana tempat kejadiannya, siapa saksinya, apakah bersesuaian juga dengan hasil dari autopsi,” tuturnya.
Pihaknya tidak ingin berspekulasi sebelum seluruh fakta terungkap melalui penyelidikan dan hasil autopsi resmi. “Untuk sementara tim forensik sementara bekerja melakukan autopsi. Kita tunggu saja hasilnya dari pihak rumah sakit mengeluarkan hasil autopsi,” imbuhnya.
Ayah korban Ichal Djamaluddin (41) mengajukan permohonan autopsi untuk mengungkap penyebab kematian anak ketiga dari enam bersaudara itu.
Mereka menduga, Raja meninggal dunia akibat dianiaya sejumlah orang. Dugaan itu muncul setelah korban sempat mengeluh sakit pada bagian kepala dan dada sebelum akhirnya koma dan meninggal.
“Awal mulanya, dia merasa sakit terus di bagian dada dengan kepalanya sebelum masuk rumah sakit. Tetapi dia tidak bicara, karena dia sudah tidak tahan dengan sakitnya, baru saya bawa ke rumah sakit. Setelah di rumah sakit, korban cerita kepada ibunya dia sudah dikeroyok oleh tiga orang. Tetapi belum tahu dikeroyoknya di mana, pokoknya di luar sekolah,” kisahnya.
Menurutnya, selama ini Raja dikenal sebagai anak yang sopan dan taat beribadah.
“Keseharianya seperti biasa, anak-anak pada umumnya. Pulang sekolah, di rumah, bantu orang tuanya. Salatnya rajin, mengaji. Sopan selain sama orang tuanya di rumah makanya masyarakat sangat sedih ketika mendengar meninggal termasuk guru-gurunya di sekolah sedih juga,” tuturnya.
Setelah proses autopsi selesai, tangis kembali pecah saat jenazah diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan di TPU Panaikang, Jalan Urip Sumoharjo, Kota Makassar.
Hingga saat ini pihak keluarga masih menunggu hasil resmi autopsi untuk memastikan penyebab kematian Raja. Keluarga berharap apabila terbukti ada unsur kekerasan, pelaku dapat diproses hukum.
“Saya dengar ada pendarahan di otaknya, itu saja. Makanya saya tunggu hasil autopsi untuk mengetahui lebih jelas, supaya tidak simpang siur. Dari kami keluarga, cuma butuh jelas dan diproses dengan baik kejadian ini karena kami berpikiran bahwa anak ini matinya tidak wajar,” tandasnya.