
Nasional – Momen libur panjang sekolah yang biasanya menjadi puncak kunjungan wisata edukatif justru membawa kabar sebaliknya bagi Jatim Park 1, Kota Batu. Jumlah pengunjung mengalami penurunan signifikan akibat larangan study tour ke luar kota yang diberlakukan sejumlah pemerintah daerah.
Manajer Operasional Jatim Park 1 Andy Wahyu yang menyebut, kebijakan tersebut sangat berdampak pada destinasi wisata edukatif seperti yang dikelolanya.
“Larangan study tour sangat berdampak pada kunjungan wisata di Jatim Park 1, apalagi segmen kita adalah pelajar,” ujar Andi Wahyu kepada Beritasatu.com, Minggu (1/6/2025).
Menurut Andy, selama long weekend, rata-rata jumlah pengunjung hanya mencapai sekitar 1.000 orang per hari, angka yang tergolong rendah jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Biasanya ramai saat weekday karena kunjungan sekolah. Sekarang, long weekend pun tidak ada peningkatan,” jelasnya.
Penurunan pengunjung ini diperkirakan mencapai 30 persen dibanding tahun lalu, dan menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola tempat wisata.
Tidak hanya pengelola, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di sekitar kawasan Jatim Park 1 juga mengeluhkan kondisi yang sama.
Didik Harianto, pedagang buah dan oleh-oleh, mengaku penjualannya anjlok hingga 50 persen. “Biasanya bulan Mei mulai padat karena banyak study tour. Sekarang berkurang jauh,” katanya.
Menyikapi kondisi ini, manajemen Jatim Park 1 terus melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan minat pengunjung, seperti menambah wahana baru setiap tahun, menjalin kerja sama langsung dengan sekolah-sekolah di Jawa Timur dan Jawa Tengah, serta melakukan evaluasi strategi pemasaran dan promosi edukatif.
Andy berharap, pemerintah segera mengevaluasi kebijakan larangan study tour, mengingat dampaknya sangat luas bagi sektor wisata hingga ekonomi lokal.
“Harapannya pemerintah juga segera mengevaluasi kebijakan yang ada,” tegasnya.
Didik menambahkan wisata edukasi semestinya tidak dilarang, karena justru memberikan manfaat langsung bagi pelajar dan ekonomi warga.
“Menurut saya, wisata edukasi itu memberi nilai positif bagi siswa. Pemerintah perlu tinjau ulang,” tutupnya.