
Nasional – Empan Supandi (51), seorang guru honorer di Sukabumi, Jawa Barat, menunjukkan dedikasi luar biasa terhadap pendidikan. Setiap hari, ia berjalan kaki sejauh 12 kilometer selama tiga jam untuk mengajar di Mts Thoriqul Hidayah, Desa Bojong Tipar. Mirisnya, gaji yang ia terima hanya Rp 200.000 per bulan.
Empan adalah warga Kampung Ciguha, Desa Jampang Tengah, Kecamatan Jampang Tengah. Selama 14 tahun, ia mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris meskipun menghadapi berbagai keterbatasan.
Empan memulai aktivitasnya sejak pukul lima pagi agar tidak terlambat.
“Kalau jalan kaki, perjalanan bisa tiga jam, apalagi saat hujan. Namun, kewajiban memberikan ilmu jauh lebih penting daripada rasa lelah,” ungkapnya, Sabtu (18/1/2025).
Kendala ekonomi membuat Empan tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, yang menjadi syarat utama untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Namun, ia tetap teguh pada prinsipnya.
“Kami punya prinsip, berbuat baik insyaallah ke depannya ada hikmah,” ungkapnya.
Empan mengaku siap menerima bantuan jika ada yang ingin mempermudah perjalanannya ke sekolah. Selama ini, ia hanya mengandalkan perjalanan kaki karena keterbatasan ekonomi. Selain itu, ia tak lagi memiliki waktu untuk mencari penghasilan tambahan, terutama sejak ditinggal istrinya sembilan tahun lalu.
“Dahulu saat libur atau pulang mengajar, saya suka jualan sayuran ke pasar. Tapi sekarang sudah tidak sempat,” tambahnya.
Empan kini fokus membesarkan dua anaknya dan mendidik generasi muda di sekolah. Empan dikenal sebagai guru yang tegas, semangat, dan disiplin.
“Cara mengajarnya mudah dimengerti. Beliau sosok guru yang baik, tegas, dan selalu semangat,” kata salah satu muridnya, Sasa Sahilin (15).
Kepala Mts Thoriqul Hidayah, Iroh Nurlatifah, turut memuji dedikasi Empan.
“Pak Empan adalah sosok inspiratif bagi dunia pendidikan. Beliau sangat gigih dan bertanggung jawab terhadap anak-anak didiknya,” ujarnya.
Kisah Empan Supandi adalah bukti nyata dedikasi dan semangat untuk mencerdaskan anak bangsa tidak terhalang oleh keterbatasan. Ia menjadi inspirasi bagi guru lain, terutama di wilayah pedesaan, untuk terus berjuang demi pendidikan yang lebih baik.