
Berita Bola – Antonio Conte kembali mengukir prestasi hebat. Pelatih berkarakter keras itu membawa Napoli menjadi juara Serie A 2024/25 usai menaklukkan Cagliari 2-0 di laga terakhir. Scudetto ini menjadi penutup sempurna dari perjalanan yang luar biasa menantang.
Meski Inter Milan menang 2-0 atas Como di pertandingan lain, kemenangan itu tak cukup. Napoli sudah memastikan gelar dengan keunggulan satu poin. Euforia pun kembali menyelimuti Naples, dua tahun setelah gelar yang dipersembahkan oleh Luciano Spalletti.
Conte kini sejajar dengan Fabio Capello sebagai pelatih yang mampu juara Serie A bersama tiga klub berbeda: Juventus, Inter, dan Napoli. Namun, bagi Conte, gelar kali ini terasa jauh lebih berat dan emosional dibanding yang pernah dia raih sebelumnya.
Kemenangan ini bukan sekadar soal angka di klasemen, tapi juga soal emosi. “Ini terjadi lagi dan ini sesuatu yang luar biasa,” ucap Conte seusai pertandingan, seperti dikutip Football Italia. “Waktu kami tiba di stadion, jujur saja, sulit untuk masuk karena saya tak tahu berapa banyak orang yang ada di sana. Saya sempat berpikir, kalau kami mengecewakan mereka, itu akan menjadi beban yang akan kami bawa untuk waktu yang lama.”
Tekanan di laga pamungkas benar-benar terasa. “Anak-anak ini luar biasa. Tekanan pada kami gila-gilaan, tapi kami menghadapi laga dengan cara terbaik,” ujar Conte. “Ini musim yang luar biasa dan para pemain layak mendapat pujian karena ingin menantang diri lagi, terutama mereka yang juara dua tahun lalu, lalu finis di peringkat 10 musim lalu.”
Napoli memang sempat tenggelam. Kegagalan musim lalu justru menjadi bahan bakar musim ini. Tidak bermain di kompetisi Eropa membuat Napoli fokus penuh di liga, sementara Inter harus membagi energi untuk Liga Champions dan Coppa Italia.
Conte mengambil alih Napoli dalam kondisi yang sulit. “Ini jelas tantangan paling tak terduga, tersulit, dan paling menantang dalam karier saya,” katanya. “Datang ke Napoli setelah peringkat 10 dan mencoba memperbaiki semuanya, meyakinkan pemain-pemain terbaik untuk bertahan karena kami bisa melakukan sesuatu yang positif.”
Awal musim tak berjalan mulus. Hasil imbang melawan Modena di Coppa Italia dan kekalahan telak dari Verona di Serie A sempat membuat publik ragu. Akan tetapi, dari kekacauan itulah fondasi kesuksesan mulai terbentuk.
Di laga terakhir, Conte harus menyaksikan dari tribune karena hukuman kartu merah melawan Parma. Namun, begitu peluit akhir berbunyi, dia langsung turun ke lapangan. Di sana, dia disambut pelukan hangat, termasuk dari Romelu Lukaku, striker yang sudah mencetak 78 gol dan 27 assist di bawah arahannya di berbagai klub.
Conte tak menyembunyikan betapa sulitnya menjadi juara di Naples. “Terus terang, sangat sulit menjadi juara di Napoli,” ucapnya. “Untuk para pemain ini bisa melakukannya dua kali dalam tiga tahun, berarti ada sesuatu yang spesial di sini. Saya senang untuk mereka.”
Dia menyadari, Napoli bukanlah klub yang terbiasa memulai musim dengan status favorit. “Saya ulangi, ini bukan situasi yang mudah. Sebab, Anda tidak berada di klub yang secara sistematis bermain untuk menang sejak awal,” kata Conte menegaskan.
Bagi masyarakat Naples, kemenangan ini lebih dari sekadar trofi. “Lebih dari 30 tahun lalu, Diego Armando Maradona memenangkan gelar. Sekarang, Giovanni Di Lorenzo sebagai kapten mengangkat trofi dengan ban kapten di lengannya. Itu istimewa.”
Selebrasi Napoli semakin lengkap saat legenda klub, Ciro Ferrara, datang membawa kue untuk Conte. Gelar ini adalah penutup manis dari semua perjuangan. Namun, satu pertanyaan masih tersisa: apakah dia akan bertahan musim depan?
“Kami sedang menikmati semuanya,” ujar Conte soal masa depannya. “Saya punya hubungan yang baik dengan Presiden. Bisa dibilang, kami punya kesempatan untuk saling mengenal musim ini. Kami berdua adalah pemenang. Mungkin dengan cara berbeda, tapi kami sama-sama pemenang.”
Antonio Conte tahu betul bahwa menjadi juara di Napoli bukan sekadar soal strategi atau taktik. Ini tentang membangun harapan dari reruntuhan, mengelola tekanan, dan percaya pada keajaiban.