
Berita Bola – Musim terburuk dalam sejarah modern tidak membuat Manchester United kehilangan daya tarik. Meskipun finis di posisi ke-15 Premier League, klub ini tetap menjadi incaran para pemain. Nama besar dan sejarah panjang klub menjadi magnet kuat yang tak mudah pudar.
Bagi sebagian pemain, mengenakan jersey merah masih menjadi mimpi masa kecil yang ingin diwujudkan. Artikel ini akan mengulas alasan mengapa United tetap menarik.
Ini juga akan membahas siapa saja yang terpikat. Apa yang membuat pesona Old Trafford tetap menyala di tengah krisis performa juga akan dibahas.
Tidak banyak klub yang bisa jatuh sedalam Manchester United dan tetap berdiri setegak itu. Pada tahun 1973-74, mereka sempat terdegradasi. Namun, hal itu justru menyebabkan lonjakan jumlah penonton.
Fakta bahwa mereka bisa mengumpulkan 81 ribu penggemar untuk laga Piala FA melawan tim non-liga di stadion netral membuktikan daya tarik mereka. Saat itu Old Trafford rusak akibat Perang Dunia II.
Namun, semangat pendukung tidak ikut runtuh. Warisan inilah yang membuat klub ini terus bertahan di antara raksasa dunia. Mereka bersanding dengan Barcelona dan Real Madrid sebagai institusi global dalam sepak bola.
Manchester United bukan sekadar klub. Mereka adalah simbol sepak bola menyerang, pemain muda, dan semangat pantang menyerah. Rata-rata penonton di Old Trafford musim lalu mencapai 73.815 orang.
CEO klub, Omar Berrada, mengatakan tidak sulit menarik pemain baru meskipun tanpa tiket Liga Champions. Menurutnya, yang terpenting adalah pemain yang datang benar-benar ingin membela United.
Jika ada yang menolak karena tidak bermain di Liga Champions, maka mereka bukan tipe pemain yang dicari klub. Pernyataan itu menunjukkan standar idealisme yang masih dijaga.
Uang tentu berperan, tetapi bukan satu-satunya alasan. Banyak klub lain bisa memberi gaji besar. Namun, tidak semua bisa menawarkan sejarah dan sorotan global seperti United.
Bermain di depan stadion penuh setiap pekan di liga terbaik dunia tetap menjadi daya tarik utama. Bahkan, beberapa laga saja sudah cukup mengangkat reputasi seorang pemain. Brentford dan Bournemouth mungkin bisa mengalahkan United di lapangan.
Namun, mereka tidak bisa menawarkan warisan yang sama. Old Trafford tetap menjadi simbol keagungan.
Matheus Cunha adalah contoh nyata. Ia baru saja bergabung dari Wolves dan mengaku sudah mencintai United sejak menonton di rumah neneknya di Brasil.
Meskipun belum ada gelar liga selama lebih dari satu dekade, sejarah klub tetap hidup di benak para pemain.
Mereka ingin menjadi bagian dari kebangkitan dan menciptakan era baru. Hojlund mungkin bukan Haaland, dan United tidak lagi merebut bintang dari Spurs. Namun, tradisi mendatangkan talenta potensial tetap terjaga.
Penggemar rival mungkin tidak paham mengapa pesona United begitu besar. Namun, mereka juga tidak bisa menyangkalnya. Hal itu karena efeknya bisa dirasakan di mana-mana.