
Nasional – Fenomena kekurangan peserta didik baru terjadi di sejumlah Sekolah Dasar (SD) negeri di Kabupaten Magetan, Jawa Timur (Jatim). Sebanyak 3 SD negeri dilaporkan tidak mendapatkan murid baru pada tahun ini.
Sekolah tersebut adalah SDN Bangsri 1 di Kecamatan Ngariboyo, SDN Mojorejo 2 di Kecamatan Kawedanan dan SDN Jomblang di Kecamatan Takeran.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dindikpora) Magetan, Irawan mengungkapkan, dari 3 sekolah itu, SDN Jomblang menjadi perhatian utama.
Karena dalam beberapa tahun terakhir, sekolah ini nyaris tidak memiliki murid aktif.
“Sudah beberapa tahun SDN Jomblang hanya punya satu siswa. Tahun ini murid itu pun mengajukan pindah, jadi praktis tidak ada siswa yang tersisa,” ujar Irawan, Jumat (18/7/2025).
Dia menambahkan, akibat tidak adanya siswa baru maupun siswa aktif di kelas bawah, SDN Jomblang tidak bisa menyelenggarakan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ini.
“Berbeda dengan SDN Mojorejo 2 dan SDN Bangsri 1 yang masih memiliki siswa kelas 2, sehingga MPLS tetap dilaksanakan meski tanpa kehadiran siswa baru,” imbuhnya.
Secara umum, lanjut Irawan, Penerimaan Murid Baru tahun ajaran 2025/2026 di jenjang SD masih mencatatkan total 4.353 siswa, yang tersebar di 385 satuan pendidikan dan 395 rombongan belajar.
Di tingkat SMP, tercatat 5.286 siswa diterima di 39 sekolah negeri, dengan total 165 rombongan belajar.
Meski angka tinggi, banyak sekolah gagal memenuhi kapasitas rombel secara ideal. Hanya sekitar 25 SD dan 8 SMP negeri yang mencapai jumlah maksimal dalam satu rombongan belajar.
“Kapasitas rombel tiap sekolah tidak sama, tergantung kondisi dan daya tampungnya. Yang jadi kendala adalah sebaran siswa yang tidak merata,” lanjut Irawan.
Menanggapi situasi ini, Dindikpora Magetan menjalin komunikasi intensif dengan kepala sekolah serta tokoh masyarakat di wilayah terdampak. Tujuannya untuk mencari solusi jangka panjang agar sekolah tetap bisa eksis.
“Kami ajak sekolah berbenah. Harus lebih terbuka terhadap kebutuhan masyarakat, salah satunya lewat penguatan kegiatan ekstrakurikuler agar menarik minat orang tua dan siswa,” tuturnya.
Langkah-langkah tersebut, diharapkan dapat menghindarkan sekolah-sekolah dari risiko penutupan. Sekaligus mengembalikan kepercayaan publik terhadap lembaga pendidikan dasar negeri.
“Khususnya sekolah di wilayah-wilayah yang mengalami penurunan jumlah siswa secara drastis,” kata Irawan.