
Kesehatan – Fenomena sound horeg kembali mencuri perhatian publik setelah kabar duka dari Lumajang, Jawa Timur. Seorang warga bernama Anik Mutmainnah dilaporkan meninggal dunia seusai menonton karnaval sound horeg pada Sabtu (2/8/2025) malam di desanya.
Korban tiba-tiba tidak sadarkan diri di tengah pertunjukan, membuat warga sekitar panik. Ia segera dibawa ke rumah sakit, tetapi nyawanya tidak tertolong. Hingga kini, penyebab pasti kematiannya belum dipastikan, apakah terkait langsung dengan paparan suara keras dari sound horeg atau dipicu faktor lain.
Kasus ini menimbulkan kekhawatiran di masyarakat karena mendengarkan sound horeg berpotensi memberikan dampak buruk bagi kesehatan, terutama jika dilakukan dalam durasi panjang atau dengan intensitas suara yang sangat tinggi.
Berikut ini dampak buruk sound horeg bagi kesehatan tubuh, yang disitat dari Medical News Today.
1. Masalah pada pendengaran
Menurut National Institute of Deafness and Other Communication Disorders, suara dengan tingkat kebisingan di atas 85 desibel yang didengar terus-menerus dapat merusak pendengaran. Salah satu contohnya adalah berdiri terlalu dekat dengan speaker saat konser atau acara sound horeg tanpa pelindung telinga.
Kebisingan berlebih dapat merusak rambut-rambut halus di koklea (bagian telinga dalam) yang berfungsi menangkap getaran suara. Jika sel-sel ini rusak, sinyal suara tidak tersampaikan ke otak dengan baik, sehingga memicu gangguan pendengaran, tuli permanen, atau tinnitus (telinga berdenging). Kondisi ini berkembang perlahan sehingga sering tidak disadari.
2. Gangguan tidur
Paparan suara bising, khususnya pada malam hari, dapat mengganggu kualitas tidur. Sound horeg dengan dentuman bass keras berpotensi membuat seseorang sering terbangun, sulit tidur nyenyak, bahkan mengalami insomnia.
Kurang tidur berdampak pada kelelahan, penurunan konsentrasi, perubahan suasana hati, hingga risiko penyakit serius seperti hipertensi, diabetes, obesitas, depresi, dan serangan jantung.
3. Gangguan psikologis
Kebisingan yang berlangsung terus-menerus juga berdampak pada kesehatan mental. Menurut studi dalam Journal of Exposure Science and Environmental Epidemiology, suara bising dapat mengaktifkan sistem stres tubuh melalui poros hipotalamus pituitari adrenal (HPA).
Aktivasi ini memicu pelepasan hormon stres dan peradangan pada tubuh, termasuk di otak, yang berpotensi menimbulkan depresi, kecemasan, atau gangguan saraf dalam jangka panjang.
4. Peningkatan risiko penyakit jantung
Penelitian dalam European Heart Journal mengungkap paparan suara bising dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Aktivitas amigdala, bagian otak yang mengatur emosi dan rasa takut, meningkat akibat stres dari kebisingan. Kondisi ini memicu peradangan pembuluh darah, yang pada akhirnya berdampak buruk pada kesehatan jantung.
5. Peradangan pada otak
Paparan suara keras seperti sound horeg tidak hanya memengaruhi pendengaran, tetapi juga dapat merusak ujung saraf halus yang mengirimkan sinyal dari telinga ke otak.
Kerusakan ini memicu peradangan di otak dan berpotensi menurunkan fungsi kognitif. Bahkan, ada bukti yang mengaitkan gangguan pendengaran akibat kebisingan dengan peningkatan risiko demensia.
6. Melemahkan sistem imun
Meskipun suara keras tidak langsung membuat tubuh sakit, paparan kebisingan dalam jangka panjang dapat menurunkan kualitas hidup dan melemahkan daya tahan tubuh.
Kebisingan memicu pelepasan hormon stres yang meningkatkan tekanan darah dan kadar gula darah, sekaligus menurunkan kekebalan tubuh. Akibatnya, seseorang menjadi lebih rentan terserang penyakit, mulai dari flu hingga penyakit kronis seperti diabetes dan tukak lambung.
7. Berdampak pada kesuburan
Kebisingan seperti sound horeg juga diduga berpengaruh pada kesehatan reproduksi. Penelitian dari Seoul National University menunjukkan pria yang terpapar suara bising dalam jangka panjang memiliki risiko lebih tinggi mengalami infertilitas. Pada wanita, paparan suara keras di malam hari dikaitkan dengan risiko keguguran, kelahiran prematur, hingga cacat lahir pada bayi.