
Berita Bola – Salah satu saga transfer paling panjang dan melelahkan dalam sejarah terbaru AC Milan akhirnya menemukan titik akhir. Ardon Jashari resmi menjadi rekrutan kelima Rossoneri pada bursa musim panas ini.
Prosesnya memakan waktu lebih dari dua bulan sejak Milan pertama kali dikaitkan dengan gelandang 23 tahun Swiss tersebut. Rabu sore, klub mengumumkan kedatangannya dengan kontrak berdurasi lima tahun.
Jashari mendarat di Italia pada Selasa malam, menjalani tes medis keesokan harinya, dan langsung bersiap beradaptasi dengan Massimiliano Allegri. Ia bahkan bisa saja melakoni debut akhir pekan ini melawan Leeds United atau Chelsea.
Kehadirannya akan melengkapi Luka Modric dan Samuele Ricci dalam formasi baru di lini tengah Milan. Setelah penjualan besar Tijjani Reijnders ke Manchester City, publik tentu penasaran seperti apa kekuatan dan kelemahan sang pendatang baru.
Dalam skema 4-2-3-1 ala Nicky Hayen di Brugge, Jashari terbiasa beroperasi di double pivot untuk mengontrol alur permainan. Ia piawai menjaga bola tetap mengalir, menggerakkan permainan secara vertikal, dan menciptakan peluang di sepertiga akhir.
Kemampuannya di ruang sempit menjadi salah satu senjata utama. Dengan sentuhan cepat dan kontrol bola rapat, ia tetap tenang di bawah tekanan lawan yang intens.
Keunggulan lain adalah pusat gravitasi yang rendah, memberinya kelincahan untuk berpindah jalur atau mengubah arah seketika. Ditambah dribel yang halus, ia mampu keluar dari kepungan lawan dengan percaya diri.
Dalam urusan distribusi, passing Jashari kerap menjadi kunci memecah blok pertahanan. Ia mampu menemukan celah di belakang lini belakang lawan maupun mengirim bola di antara garis pemain.
Kecerdasan taktik Jashari terlihat ketika ia turun membantu lini belakang. Pergerakannya menciptakan keunggulan jumlah dan memicu perpindahan bola untuk menghindari pressing lawan.
Ia juga kerap mengosongkan area untuk membuka jalur umpan bagi rekan setim. Gerakan ini efektif menarik penjagaan lawan dan memberikan ruang bagi pemain lain untuk maju.
Dalam situasi tertekan, ia bisa mengandalkan kaki cepat dan dribel untuk membawa bola melewati tekanan. Kemampuannya menjaga akurasi operan membuatnya dipercaya mengubah arah serangan dari satu sisi ke sisi lain.
Bahkan saat menghadapi pressing tinggi Milan di San Siro, Jashari menunjukkan ketenangan. Ia menjadi opsi umpan, memantulkan bola, lalu memindahkan permainan ke sisi bebas.
Jashari memiliki beragam cara untuk menciptakan peluang, baik lewat umpan terobosan, umpan diagonal, maupun operan panjang akurat. Kombinasi visi permainan dan tekniknya memudahkan ia membongkar pertahanan rapat.
Ia juga aktif menyerang ruang di half-space untuk memberikan umpan tarik atau silang. Jika jalur passing tertutup, ia tak segan melakukan penetrasi individu untuk menciptakan peluang.
Di sisi defensif, Jashari sering memimpin pressing, mengarahkan rekan setim, dan menutup jalur umpan lawan. Keberaniannya menutup pemain yang menguasai bola memaksa lawan melakukan kesalahan.
Tugas utamanya adalah memblokir serangan dari tengah dan memaksa lawan bermain melebar. Intersepsi dan tekel bersih menjadi bagian dari paket permainannya.
Meski memiliki banyak keunggulan, Jashari tetap punya sisi lemah yang patut diperhatikan. Tingginya yang 1,81 meter membuatnya kurang dominan di duel udara.
Persentase kemenangannya di udara tergolong rendah meski peran box-to-box-nya tidak terlalu sering menuntut hal tersebut. Namun, ini bisa menjadi celah saat menghadapi tim dengan pemain berpostur besar.
Selain itu, beberapa aspek permainannya masih mentah meski potensinya besar. Ia juga sesekali terlambat membaca situasi atau kehilangan bola akibat keputusan yang terlalu berisiko.
Hal-hal ini wajar bagi pemain berusia 23 tahun. Dengan bimbingan pelatih top dan dukungan rekan setim berpengalaman, kelemahan tersebut diyakini bisa teratasi.