
Nasional – AAA, balita berusia 1,4 tahun asal Desa Tambe, Bolo, Bima, NTB, harus kehilangan pergelangan tangan kanannya setelah diamputasi pada 12 Mei 2025.
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memfasilitasi pertemuan antara keluarga AAA balita yang tangannya terpaksa diamputasi, dengan perwakilan dari fasilitas pelayanan kesehatan yang pernah melayani balita AAA selama di Kabupaten Bima.
Dalam pertemuan tersebut, keluarga pasien balita bersama tim kuasa hukum dipertemukan dengan perwakilan dari Puskesmas Bolo, Rumah Sakit Sondosia, RSUD Kabupaten Bima dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bima, di Kantor Dinas Kesehatan NTB, Senin (16/6/2025).
“Kami fasilitasi, ada dialog komunikasi harapannya ada jalan terbaik yang bisa kita tempuh untuk menyelesaikan kasus ini secara kekeluargaan,” kata PLH Kepala Dinas Kesehatan, Tuti Herawati.
Tuti mengatakan, pihaknya sudah berbicara dengan tim penasehat hukum keluarga balita AAA agar kasus ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan.
Soal tudingan dugaan malpraktik hingga menyebabkan tangan kanan balita AAA terpaksa diamputasi, Tuti mengatakan pihanya tidak memiliki kewenangan untuk menjelaskan apakah ini masuk malpraktek atau tidak.
“Saya tidak punya kewenangan untuk menjelaskan apakah ini masuk malapraktik atau tidak, tidak ada ranah kami untuk menyampaikan itu,” kata Tuti.
Tuti mengatakan, balita AAA merupakan pasien BPJS. Rujukan sudah dilakukan secara berjenjang dari Puskesmas, RS tipe D di Sondosia, RS tipe C RSUD Bima dan ke rumah sakit tipe A di RSUD NTB.
Tuti mengatakan, pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap sistem pelayanan di faskes yang ada selama ini. “Kami secara sistem belum melakukan evaluasi terkait ini, jadi berikan kami waktu untuk melakukan evaluasi sistem pelayanannya,” kata Tuti.
Saat ini, balita AAA akan menjalani operasi lanjutan untuk merapikan bekas amputasi di tangan kanannya. Operasi akan dilakukan pada di RSUD Provinsi NTB, pada Selasa (17/6/2025).
Dian Wahyuni tim kuasa hukum keluarga balita AAA menjelaskan, kejadian berawal saat pasien AAA datang ke faskes dengan kondisi demam tinggi pada April 2025.
Saat dirawat di Puskesmas Bolo, balita AAA dipasangi infus di tangan kirinya dan dimasukan obat penurun panas. Kemudian infus dipindahkan ke tangan kanan karena ada pembengkakan.
Dengaan kondisi tangan masih bengkak, balita AAA kemudian dirujuk ke RS Sondosia. Selama berada di RS Sondosia, kondisi bengkak tangan balita AAA semakin meluas.
Dokter lalu menyarankan agar memberi kompres dingin pada tangan balita tersebut. Namun bukannya tambah membaik, tangan kanan balita AAA yang bengkak justru semakin kaku dan menghitam.
Balita AAA kemudian dirujuk ke RSUD Kabupaten Bima untuk merawat tangan anaknya. Di rumah sakit tersebut, dokter meminta persetujuan keluarga untuk melakukan tindakan pembedahan tetapi kondisinya semakin memprihatinkan.
Hingga akhirnya RSUD Bima merujuk pasien balita AAA ke RSUD NTB yang ada di Kota Mataram. Saat dirujuk kondisi tangan balita sudah parah, hingga akhirnya tangan mungil balita AAA harus diamputasi.