
Nasional – Pendaki yang berasal dari Jakarta bernama Kaifat Rafi Mubarok (16) yang dilaporkan hilang sesudah terjatuh ke jurang ketika mendaki Gunung Rinjani akhirnya ditemukan dalam keadaan sudah meninggal dunia.
Jasad Kaifat terdeteksi teknologi drone thermal pada Selasa (8/10/2024) sekitar pukul 10.30 Wita, setelah delapan hari operasi pencarian intensif dilakukan tim SAR gabungan.
Kepala Kantor SAR Mataram Lalu Wahyu Efendi mengatakan jasad korban terdeteksi berada di kedalaman 300 meter dari lokasi awal jatuhnya di jalur pendakian menuju puncak.
“Jasad korban ditemukan di kedalaman sekitar 300 meter menggunakan pantauan drone thermal. Proses pencarian hari ini berhasil karena dukungan teknologi ini,” ungkap Wahyu.
Penemuan ini terjadi pada hari kedelapan pencarian, setelah tim SAR mengalami berbagai tantangan cuaca dan medan.
Area sekitar puncak Rinjani dikenal sebagai jalur yang sangat ekstrem dengan kemiringan yang curam dan tebing-tebing batu yang rapuh, menjadikannya lokasi berbahaya bagi para pendaki yang tidak berhati-hati.
“Area jatuhnya korban berada di lokasi yang sangat sulit dijangkau, sehingga tim SAR harus bekerja ekstra keras untuk menelusuri setiap sudut yang memungkinkan,” ujarnya.
Lalu Wahyu Efendi menuturkan tim SAR menghadapi medan yang ekstrem selama proses pencarian. Selain medan yang curam, tim juga harus menghadapi kabut tebal dan angin kencang yang membatasi visibilitas.
Hal ini menyebabkan pencarian di beberapa titik harus dihentikan sementara sebelum teknologi drone akhirnya digunakan untuk memperluas jangkauan pencarian.
“Medan di sekitar puncak Rinjani sangat menantang. Jalur menuju ke lokasi jatuhnya korban dipenuhi dengan tebing-tebing terjal yang sulit dijangkau. Kami akhirnya menggunakan drone thermal untuk memudahkan pencarian di area yang tidak mungkin dijangkau oleh tim di lapangan,” lanjut Wahyu.
Setelah jasad Kaifat ditemukan, proses evakuasi memerlukan waktu yang cukup lama. Tim harus menyiapkan peralatan khusus untuk mencapai kedalaman jurang, yang terletak di titik berbahaya dengan kondisi batuan yang tidak stabil.
“Evakuasi jasad dilakukan secara hati-hati untuk memastikan keselamatan tim yang terlibat, dan proses ini sedang berlangsung,” ujar Wahyu.