
Nasional – Pihak SMA Negeri 1 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mendalami dugaan perundungan yang menimpa salah satu siswa baru berinisial DPN (16).
Namun, pihak sekolah mengalami kesulitan karena sampai saat ini DPN tidak bisa diajak berkomunikasi.
“Kami belum bisa menyimpulkan apa-apa. Sampai saat ini kami belum menemukan bukti,” kata Kepala SMA Negeri 1 Purwokerto Tjaraka Tjunduk Karsadi saat ditemui di sekolah, Jumat (8/8/2025).
Tjaraka mengatakan telah meminta keterangan kepada sejumlah pihak yang terkait dengan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), seperti panitia dan para siswa.
“Kami terus berusaha mencari informasi, kami tanyai semua. Sampai saat ini tidak ada yang merasa melakukan (perundungan), tidak ada yang melihat juga. Sementara anaknya belum bisa ditanyai,” ujar Tjaraka.
Menurut Tjaraka, MPLS yang digelar selama lima hari, 14-18 Juli 2025, diisi dengan berbagai materi dengan menghadirkan berbagai narasumber.
Kegiatan digelar di sebuah ruangan besar secara bersama-sama. Namun demikian, Tjaraka menyatakan, sekolah berkomitmen untuk mengusut dugaan perundungan tersebut.
“Kami menganut prinsip sekolah bebas bullying, kami tidak mau ada pelaku maupun korban bullying di sekolah,” tegas Tjaraka.
Tjaraka mengatakan, sekolah saat ini fokus memberikan pendampingan kepada DPN. “Kami sudah beberapa kali melakukan kunjungan ke rumah siswa tersebut. Fokus kami siswa tersebut segera pulih dan dapat sekolah kembali,” kata Tjaraka.
Sementara itu, Humas Komite SMA Negeri 1 Purwokerto, Yudho F Sudiro atau Itheng, berharap persoalan tersebut dapat segera diselesaikan.
“Kami berharap yang bersangkutan bisa sekolah kembali,” kata Itheng.
Diberitakan sebelumnya, seorang siswa baru SMA Negeri 1 di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, harus menjalani perawatan di rumah sakit selama 16 hari.
Siswa berinisial DPN (16) ini tiba-tiba berubah menjadi pendiam dan ketakutan usai mengikuti MPLS hari kedua, Selasa (15/7/2015) lalu.