
Nasional – Polisi masih memburu komplotan pelaku pembegalan terhadap tukang ojek, Iman Kurnia Abadi (45), yang terjadi di Kampung Kurnia, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan.
“Sejumlah saksi dan CCTV sudah kami periksa sehingga identitas para pelaku telah kami kantongi,” kata Kepala Polres Pelabuhan Belawan AKBP Wahyudi, saat diwawancarai di Polres Pelabuhan Belawan, Jumat (1/8/2025).
Wahyudi menegaskan pihaknya sedang memburu para pelaku dan memberi ultimatum agar segera menyerahkan diri.
“Kami imbau agar pelaku serahkan diri. Kami akan lakukan tindakan tegas dan terukur apabila kami lakukan penangkapan,” ujar Wahyudi.
Peristiwa itu terjadi pada Rabu (9/7/2025), sekitar pukul 03.30 WIB. Saat itu, Iman baru saja mengantar pelanggannya pulang dan melintas di Kampung Kurnia. Tiba-tiba ia diserang oleh tiga orang pelaku. Kepala Iman dilempar balok kayu hingga jatuh, menyebabkan luka parah di kepala dan bahu kanan patah.
“Kalau dari video CCTV, pelaku ada tiga orang,” kata Sriana (42), istri korban, saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Labuhan, Rabu (30/7/2025).
Beruntung, saat pelaku hendak mengambil motor korban, warga sekitar datang menolong. Karena itu sepeda motor korban tidak sempat dibawa kabur.
“Sejak itu suami saya tidak sadarkan diri. Motornya tak diambil karena langsung ditolong warga,” ucap Sriana.
Awalnya warga dan polisi mengira Iman mengalami kecelakaan. Namun rekaman CCTV mengungkap fakta bahwa ia menjadi korban pembegalan. Iman sempat dibawa ke RS Prima Husada Cipta Medan, lalu dirujuk ke RSU Bina Kasih. Namun nyawanya tak tertolong dan ia meninggal pada Jumat (11/7/2025) pukul 12.30 WIB.
“Dia mengalami pendarahan di kepala dan patah tulang di bagian bahu kanan. Sampai meninggal dia tidak siuman, tapi mengeluarkan air mata,” ujar Sriana.
Iman dikenal sebagai tulang punggung keluarga dengan lima anak. Anak bungsunya masih berusia satu tahun delapan bulan. Anak keempat masih duduk di bangku SD, sedangkan anak ketiga SMP. Iman bahkan berjanji akan menyekolahkan anak keduanya sampai kuliah.
“Demi ekonomi keluarga, sepuluh bulan lalu saya merantau ke Malaysia sebagai pembantu rumah tangga. Selama saya pergi, dia yang ngurus anak paling kecil. Memang kami butuh uang untuk membesarkan anak-anak dan sekolah mereka,” kata Sriana.
“Dia sering kali menelpon karena rindu. Tapi sekarang apa? Mimpinya pupus di tangan pelaku begal itu,” lanjutnya sambil menangis.
Sriana bahkan tak sempat berbicara dengan suaminya di detik-detik terakhir. Ia baru tiba di Medan Jumat malam, beberapa jam setelah Iman mengembuskan napas terakhir.
“Harapan saya, pelakunya ditangkap semua. Diberi hukuman seberat-beratnya. Mereka telah mengambil nyawa orang yang sangat penting bagi lima orang anak kami,” ucap Sriana.