
Nasional – Polisi diduga menggunakan gas air mata yang habis masa pakainya atau kedaluwarsa saat mengamankan aksi unjuk rasa di Kantor Bupati Pati Rabu (13/8/2025).
Dugaan ini diungkap Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang. Menurut pengacara publik dari LBH Semarang M Safali Gas air mata itu ditembakan ke kerumunan pendemo secara serampangan.
Menurut temuan LBH, gas air mata yang ditembakkan ke kerumunan pedemo sudah kedaluwarsa sejak tahun 2016.
“Kami temukan gas air mata kedaluwarsa di tahun 2016, tentu ini sangat berbahaya bagi masyarakat sipil,” kata Safali dalam pernyataannya di Kota Semarang, Kamis (14/8/2025), dikutip dari Tribunjateng.com.
Safali dan tim hukum LBH Semarang melakukan pemantauan terhadap aksi warga Pati yang berlangsung di depan kantor pemerintah daerah.
Mereka mencatat bahwa penembakan gas air mata dilakukan secara brutal, mengarah ke massa yang terdiri dari perempuan, lansia, dan anak-anak.
LBH mencatat bahwa penggunaan gas air mata tersebut menyebabkan 50 orang mengalami sesak napas dan tubuh lemas, dengan beberapa di antaranya harus mendapatkan perawatan infus.
“Kami sampai lakukan infus,” beber Safali.
Safali juga menegaskan bahwa penembakan gas air mata tidak seharusnya dilakukan, mengingat peserta aksi seharusnya diizinkan masuk ke area kantor Pemerintah Kabupaten Pati.
Namun, pintu gerbang ditutup rapat, sehingga massa aksi berusaha merangsek masuk, yang kemudian dibalas dengan tembakan gas air mata dan meriam air.
“Tembakan gas air mata tak hanya menyasar di sekitar kantor bupati, melainkan sampai ke gang-gang rumah warga sekitar,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, menyatakan bahwa pihaknya akan memeriksa kebenaran informasi mengenai penggunaan gas air mata kedaluwarsa.
“Kami cek dulu apakah betul atau tidak. Itu kan munculnya di media sosial. Media sosial itu kan beritanya belum bisa dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
Artanto menjelaskan bahwa penggunaan gas air mata dan meriam air dilakukan karena situasi demonstrasi sudah tidak kondusif.
Menurutnya, kondisi tersebut terjadi menjelang tengah hari ketika sejumlah provokator muncul.
Ia menambahkan bahwa petugas kepolisian tidak hanya dilempari air mineral, tetapi juga batu, kayu, dan genteng. Sebanyak 10 orang polisi diklaim terluka akibat tindakan anarkistis pada demo itu.
“Dua di rumah sakit,” terangnya.